ZUHUD DAN JAMAN JAHILIYAH

Pada zaman dahulu ada sebagian tokoh sufi yang meratapi zaman. Lahirlah karya tulisnya yang berbentuk puisi yang panjang, berjudul: Syakwaz Zaman (Meratapi Zaman). Mengomentari kitab tersebut, BUYA Hamka mengatakan,
“Sejak zaman Nabi Saw saja ada orang munafiq yang menyusup di shof kaum beriman, tetapi beliau tetap berjiwa besar dan terus berfikir positif menatap obyek dakwah, dengan mengedepankan sabar, ulet, istiqomah. Dan pada akhirnya barisan umat Islam angkatan pertama tidak terpengaruh oleh kontaminasi zaman jahiliyah. Dunia, memang darul imtihan, darul amal, darul jihad, sedangkan akhirat darul hashad (medan untuk memanen).”
Said Hawa mengatakan, “Inna ‘ashranaa haadza mamlu-un bisy syahawati wasyu syubuhati wal ghaflah.”(sesungguhnya zaman kita ini didominasi oleh lingkungan sosial yang membangkitkan syahwat, syubhat, dan kelalaian).
Penulis muslim berkebangsaan Inggris, Ahmad Thomson menyebut, dunia kita sekarang sejak kurang lebih satu abad terakhir menggunakan sistem Dajjal (Dajjal Values), bertolak belakang dengan sistem kenabian (Prophetic Values)
(Pengertian Zuhud Dalam Islam) – Arti kata zuhud adalah tidak ingin kepada sesuatu dengan meninggalkannya. Menurut istilah zuhud adalah berpaling dan meninggalkan sesuatu yang disayangi yang bersifat material atau kemewahan duniawi dengan mengharap dan menginginkan sesuatu wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan akherat.
Ada 3 tingkatan zuhud yaitu:
  1. Tingkat Mubtadi’ (tingkat pemula) yaitu orang yang tidak memiliki sesuatu dan hatinya pun tidak ingin memilikinya.
  2. Tingkat Mutahaqqiq yaitu orang yang bersikap tidak mau mengambil keuntungan pribadi dari harta benda duniawi karena ia tahu dunia ini tidak mendatangkan keuntungan baginya.
  3. Tingkat Alim Muyaqqin yaitu orang yang tidak lagi memandang dunia ini mempunyai nilai, karena dunia hanya melalaikan orang dari mengingat Allah. (menurut Abu Nasr As Sarraj At Tusi)
Menurut AI Gazali membagi zuhud juga dalam tiga tingkatan yaitu:
  1. Meninggalkan sesuatu karena menginginkan sesuatu yang lebih baik dari padanya
  2. Meninggalkan keduniaan karena mengharap sesuatu yang bersifat keakheratan
  3. Meninggalkan segala sesuatu selain Allah karena terlalu mencintai-Nya
Dalam keterangan di atas dapat disimpulkan pandangan bahwa harta benda adalah se’suatu yang harus dihindari karena dianggap dapat memalingkan hati, dari mengingat tujuan perjalanan sufi yaitu Allah.
Namun ada yang berpendapat bahwa zuhud bukan berarti semata-mata tidak mau memiliki harta benda dan tidak suka mengenyam nikmat duniawi, tetapi sebenarnya adalah kondisi mental yang tidak mau terpengaruh oleh harta dan kesenangan duniawi dalam mengabdikan diri kepada Allah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PASAMBAHAN MAKAN BUKITTINGGI

PIdato Pendek " Man Jadda Wajada "

Peradaban Islam Periode Rasulullah di Madinah (622 – 632 M)