PESANTREN DI INDONESIA ( MAKALAH)
PESANTREN DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Munculnya
gagasan dari pelbagai pemerhati pendidikan ditanah air untuk mensintensiskan
system pendidikan pesantren dengan system pendidikan modern dalam rangka
menghadirkan wacana pendidikan alternatif, menjadikan dunia pesantren perlahan
berubah menjadi sesuatu yang menarik bagi ilmuan dan akademisi. Hal ini tidak
terlepas dari kelebihan-kelebihan yang dimiliki
pesantren.Kelebihan itu diantaranya adalah 1.sitem pengasramaan, 2
keakraban,3.keberhasilan pesantren mencetak pribadi yang mandiri,4.memdidik kesederhanaan.5.murah
biayanya[1]
Menurut data
Statistik Pendidikan Diniyah dan Pesantren, Kementerian Agama Indonesia, jumlah
Pondok Pesantren di Indonesia saat ini mencapai 27.218 . Dengan pembagian tiga
Tipologi Pondok Pesantren, Salafiyah
13,446 (49.4%) . Khalafiyah 3,064 (11.3%), Kombinasi 10,708 (39.3%)[2]
Istilah pesantren dalam data Kementerian Agama Indonesia Pesantren
itu disebut dengan Pondok Pesantren. Pesantren atau Pondok Pesantren merupakan
bentuk lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Pesantren adalah Lembaga
pendidikan Islam sangat variatif, mengingat adanya kebebasan dari kiay
pendirinya./pengasuh Pesantren memiliki penekanan keilmuan atau kajian
tertentu seperti pesantren fikih, pesantren Alquran , pesantren tasauf dan sebagainya. Sebagai
suatu lembaga pendidikan tentu tidak banyak masyarakat yang mengetahui tentang
pelaksanaan pendidikan didalamnya atau manajemen yang dilakukan, bahkan apa
bedanya antara pesantren dengan pesantren modern dan lain sebagainya.
B. Rumusan
Masalah
Ditinjau dari segi keterbukaan terhadap perubahan yang terjadi dari
pengaruh luar, pesantren itu terbagi kepada dua; yaitu pesantren tradisional
atau disebut salafi dan pesantren modern atau khalafi. Perbedaan keduanya
terletak dari cara belajar dan muatan kurikulumnya Pesantren khalafi lebih
bersifat pada adaptif artinya pada pesantren itu memasukkan pembelajaran yang
bermuatan teknologi dan saint. Menarik untuk dikaji beberapa hal tentang pondok
pesantren ini ,seperti.
1.
Bagaimanakah
tata laksana dari pesantren tradisional. Apakan pesantren tradisional akan
tetap berahan hidup dengan ciri-khas tradisionalnya atau akan ditinggalkan oleh
zaman dengan pengagumnya.
2.
Bagaimana
manajemen dari pesantren tradisional itu.
3.
Bagaimana
cara pelaksanaan pendidikan pada pesantren yang mengadopsi ilmu modern?
C.Batasan Masalah
Dari banyaknya rumusan masalah
diatas, tidak cukup ruang bagi penulis untuk membahasnya karena saking
kompleknya kajian pondok pesantren ini. Penulis hanya akan membahas tentang
Pelaksanaan Pendidikan Pada Pesantren di
Indonesia. Keunggulannya dan kelemahannya.
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pesantren
1.
Pengertian Pondok Pesantren
a. Pesantren atau Pondok adalah lembaga
pendidikan Islam, yang didalamnya terdapat seorang kiyai(pendidik) yang
mengajar dan mendididk para santri( peserta didik) dengan sarana Masjid yang
digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta dukungan adanya
pemondokan atau asrama sebagai tempat tinggal para santri.[3]
b. Pesantren merupakan kerangka sistem
pendidikan Islam tradisional di Pulau Jawa dan Madura.[4]..
c. C.C.Berg berpendapat bahwa pesantren berasal
dan kata pe-shastri-an yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu
buku-buku suci agama Hindu.[5]
d. M.C Cahil dalam tulisannya "Islamic
Education in Indonesia: Learning by Doing" memberi pengertian
pesantren is an institution where the Moslem learn the value and practice of
social involvent.
e. Nurcholish Madjid, dalam buku
"Bilik-bilik Pesantren" meyebutkan, pesantren adalah bentuk
pendidikan Islam di Indonesia yang telah berakar sejak berabad-abad silam. Ia
menilai, pesantren mengandung makna ke-Islam-an sekaligus keaslian (indigenous)
Indonesia.
f. Imam Zarkasyi : Pesantren adalah
lembaga pendidikan Islam dengan system asrama atau pondok, dimana kiyai sebagai
figure sentralnya, masjid atau pondok sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya,
pengajaran agama Islam dibawah bimbingan kiyai yang diikuti santri sebagai
kegiatan utamanya[6]
Jadi maksud istilah pesantren adalah
sebuah lembaga pendidikan dan pengembangan agama Islam di Indonesia, dengan ciri
utamanya adalah:
1. Pesantren harus berbentuk asrama (
full residential Islamic boarding school)
2. Kiyai sebagai sentral figure ( uswah
hasanah), sebagai guru (mua’allim) sebagai pendidik ( murabbi)
3. Masjid sebagai pusat kegiatan
4. Materi ajar kitab kuning (turas) dan
kitab lainya
2.
Sejarah Lahirnya Pesantren Di Indonesia
Pesantren
telah mulai dikenal di bumi nusantara ini dalam periode abad ke-13 sampai 17 M,
dan di Pulau Jawa pada abad ke-15 sampai 16 M. Pesantren pertama kali
didirikan. khususnya di Pulau Jawa, dimulai dan dibawa oleh Walisongo. Maka
model pesantren di Pulau Jawa juga mulai berdiri dan berkembang sezaman dengan
Walisongo. Karena itu tidak berlebihan bila dikatakan pondok pesantren yang
pertama berdiri adalah pondok pesantren yang didirikan oleh Syekh Maulana Malik
Ibrahim atau Syekh Maghribi disebut juga Sunan Gresik (wafat pada 12 Rabiul
Awal 882 H bertepatan dengan 8 April 1419M.)[7]
Di
Sumatera Barat istilah pesantren bermakna “SURAU”[8].Menurut
Azyumardi Azra(1988).mengutip pendapat Mahmud Yunus “Surau itu pertama kali
dimunculkan oleh Syaikh Burhanuddin(1646-1691) didaerah Ulakan, Pariaman.dan untuk
mengingat sejarahnya sekarang dilakukan “budaya basafa” salah satu bentuk
ziarah kubur. Dan Surau Besar, mirip pesantren sekarang dimunculkan oleh
kakeknya bapak Proklamator RI ( Mohammad Hatta) yang bernama Syaikh Abdurrahman
(1777-1899) di Batuhampar Payakumbuh.Beliau seorang Qari’ terkemuka pada
zamannya[9]
Dan hasil
pendataan pendataan Departemen Agama pada tahun 1984-1985, diperoleh keterangan
bahwa pesantren tertua didirikan pada tahun 1062, atas nama Pesantren Tan
Jampes II di Pamekasan, Madura. Tetapi hal ini diragukan karena tentunya
Pesantren Tan Jampes I yang lebih tua, dan dalam buku Departemen Agama tersebut banyak dicantumkan
pesantren tanpa tahun pendirian. Jadi, mungkin mereka memiliki usia yang lebih
tua.
B.
Tujuan Pondok Pesantren
Berbeda
dengan lembaga pendidikan lainya yang telah menuangkan dasar dan tujuannya
dalam anggaran dasar sekolahnya, pondok pesantren terutama salafi pada umumnya
belum merumuskannya secara eskplisit.Hal ini dapat dilihat dari peran pesantren
salafi ditengah masyarakat yaitu sebagai:
1.
Sebagi pusat berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu keislaman
tradisional (transfer of islamic knowledge).
2.
Sebagai penjaga dan pemelihara keberlangsungan islam
taradisional ( maintenance of islamic tradition).
3.
Sebagi Pusat reproduksi ulama (reproduction of ulama
)[10]
Menurut Mastuhu (Dinamika Sistem Pendidikan
Pesantren,1994) Tujuan pesantren adalah memciptakan dan mengembangkan,
kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan,
berakhlak mulia,bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat
dengan jalan menjadi kawula ( abdi) masyarakat yang taat kepada rasul, yaitu
menjadi pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad (mengikuti
Nabi), maupun berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan
agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat di tengah-tengah masyarakat ( ) dan mencintai ilmu dalam rangka
mengembangkan kepribadian manusia.
Tujuan terbentuknya pondok pesantren menurut
M.Fatuhurrahman dan Sulistyori,2012)adalah:
1.
Tujuan kepribadian Islam,dengan ilmu agamanya seorang
santri sanggup menjadi mubalig islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan
amalnya
2.
Tujuan khususnya yaitu mempersiapkan para santri menjadi
orang yang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh seorang kiyai serta dapat
mendakwahkannya ditengah masyarakat
Dari pendapat –pendapat diatas tujuan
pesantren secara sederhana yaitu islamisasi lembaga pendidikan dan dakwah
melalui lembaga pendidikan.
C.
Kepemimpinan Pesantren
Kepemimpinan
Pesantren adalah penanggung jawab keberlangsungan pesantren baik dari segi
kepemimpinan, kurikulum dan kemajuan pesantren. Kepemimpinan pesantren
tergolong kepada dua bentuk kepemimpinan yaitu:
1.
Kepemimpinan Individual Kiai atau Buya
Gelar kiyai
diberikan oleh masyarakat kepada ahli agama Islam di pulau jawa yang memiliki
atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada
para santrinya. Selain gelar kiyai ,ia juga sering disebut orang Alim( orang
yang ahli dalam pengetahuan Islamnya). Di Sumatera Barat disebut Buya.Buya
adalah berasal dari bahasa Arab yaitu Abuya atau seorang bapak. Buya lebih
identik dengan orang yang ahli dalam bidang agama Islam..
Gelar kiyai
atau buya tidak dapat diusahakan melalui jalur formal seperti sarjana, melainkan datang dari
masyarakat yang secara tulus memberikannya tanpa pemilihan umum atau intervensi
pengaruh-pengaruh pihak tertentu. Kiyai atau Buya memiliki peran ganda, bukan
hanya sebagai pendidik tapi juga sebagai tokoh serba bisa pemimpin spritual dan
pemimpin masyarakat dimana petuah petuahnya selalu diterima, didengar dan
diikuti, sehingga sangat mudah dalam memobilisasi masa.Iamerupakan faktor inti
dalam sebuah pesantren.Ia merupakan figur sentral karena seluruh
penyelenggaraan pesantren terpusat padanya. Ia juga merupakan sumber utama yang
berkaitan dengan soal kepemimpinan, ilmu pengetahuan dan misi pesantren. Karena
itu seorang kiyai disebut sebagai “ raja dikerajaan kecil ( pesantren) karena ia
memiliki political will dan politikal power.[11]
Kepemimpinan
individual ini menyebabkan orang luar tidak boleh, dan tidak memiliki hak untuk
mengajukan usulan konstruktif-strategis dalam upaya pengembangan pesantren
dimasa depan. Model kepemimpinannya terkesan alami, corak managemennya juga
alami. Fenomena ini muncul karena kebiasaan sistem pendidikan pesantren yang
menerapkan “ serba tidak formal”. Hal ini dapat mengancam kesinambungan
pesantren, karena tidak bisa diwarisi oleh orang yang sesudahnya. Lebih lagi
bila kiyai suatu pesantren sudah masuk kedalam kancah politik
2.
Kepemimpinan yayasan
Kepemimpinan
yayasan adalah suatu bentuk kepemimpina secara kolegial dan setiap keputusan
yang bersifat krusial di rangkum dalam musyawarah bersama. Dan tanggung jawab sepenuhnya
bukan ditanggung oleh seorang pribadi melainkan secara bersama.
Departemen
Agama pernah mengintrodusir bentuk Yayasan sebagai badan hukum
pesantren. Pelembagaan semacam yayasan ini mendorong pesantren menjadi
organisasi impersonal (bukan lagi milik peibadi).
Pembagian wewenang dalam tatalaksana kepengurusan diatur secara fungsional dan
managemen digerakkan sesuai dengan tata-aturan managemen modern. Otoritas tidak
lagi berada ditangan kiyai akan tetapi bersifat kolektif ditangani secara
bersama menurut tugas masing masing individu, walaupun peran kiyai masih
dominan. Wewenang mutlak harus ditransfer menjadi wewenang kolektif sebagai hak
wewenang yayasan.
Fungsi
manager dalam ilmu managemen modern tergolong kepada lima fungsi yaitu:
1.
Fungsi Instruktif
Fungsi ini
bersifat komunikasi satu arah, pemimpin sebagai komunikator menentukan apa dan
bagimananya suatu persoalan disebut juga (structuring the situation). Hal ini
dibutuhkan ketika keadaan genting dan darurat.
2.
Fungsi Konsultatif
Dalam
menetapkan sesuatu seorang pemimpin( manager) sering memerlukan pertimbangan,
konsultasi dengan pihak yang dipandang menguasai suatu persoalan (tenaga ahli).
Ini sesuai dengan ajaran quran “tanyakan kepada Ahlinya ,kalau kamu tidak
mengetahui”. Hal ini sangat dibutuhkan ketika membuat keputusan yang menyangkut
kebijakan strategis.
3.
Fungsi Parsipatif
Keikutsertaan
dalam hal kebersamaan. Keikutsertaan pemimpin ini bukan berarti ia menanggalkan
fungsinya sebagai figur pemimpin, lalu menjelma sebagai pelaksana.
4.
Fungsi Delegasi
Fungsi ini
melimpahkan wewenang secara porposional dan profesional.
5.
Fungsi pengendalian[12]
Fungsi ini
lebih menitik beratkan kepada pembagian job description dan koordinasi maksimal
disebut juga (controlling group behavior)
W.A Gerungan (2002 menambahkan dengan istilah:
6.
fungsi spokesman of the group yaitu Fungsi
juru bicara
Keberhasilan
sekaligus kelebihan managemen modern akan memberikan nuansa baru dalam
kepemimpinan pesantren. Persoalan kelangkaan pemimpin pesantren dimasa datang
selalu diantisipasi dengan menyiapkan kader yang dinilai potensial memimpin
pesantren pada masa datang.Sistem suksesi tidak lagi didasarkan pada genealogi
melainkan ditekankan pada profesionalitas. Dalam kepemimpinan kolektif ini ,
pada pesantren dibentuk dewan pimpinan dibawah pimpinan seorang direktur hal
ini disebut multi-leaders.
D.
Kurikulum Pesantren
Istilah
kurukulum berasal dari dunia olah raga
pada zaman Yunani kuno yang mengandung arti jarak tempuh yang dibutuhkan pelari
sejak dari garis star sampai finis (curir/curare, pelari dan jarak
tempuhnya).Dalam bahasa arab disebut dengan “Manhaj”yaitu jalan terang bagi
seorang pejalan.[13].Kurikulum
adalah segala sesuatu usaha yang ditempuh sekolah untuk mempengaruhi (
merangsang ) belajar, baik berlangsung didalam kelas , dihalaman sekolah,
maupun diluar sekolah.
(Othanel
Smith dkk)Kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat
diberikan kepada anak agar dapat berfikir dan berbuat sesuai dengan
masyarakatnya. ( Harold B) Kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran saja
meliputi pula kegiatan kegiatan lain dibawah tanggung jawab sekolah.[14]
Kurikulum
pesantren menurut Mahmud Yunus (2007) “ Ilmu yang mula- mula diajarkan
dipesantren adalah ilmu sharaf dan nahu, kemudian ilmu fikih, Tafsir ,Ilmu
kalam( tauhid), akhirnya sampai kepada ilmu tasawwuf dan sebagainya[15].
Dalam hal proses belajar mengajar pada pondok pesantren pada awalnya menerapkan
teacher centris dengan memakai berbagai methode pembelajaran yang sering
disebut dengan halaqah, wedongan,dan sorogan. Dan pada akhirnya beralih menjadi
student Centris berpusat kepada siswa.
Paradigma
baru pendidikan menyatakan bahwa yang dimaksud kurikulum bukan hanya yang
tertulis diatas kertas, melainkan seluruh aktifitas yang mempengaruhi
terjadinya pembelajaran. Kurikulum yang berada diatas kertas baru merupakan
kurikulum yang bersifat potensial, sedangkan kurikulum yang sesungguhnya adalah
kurikulum yang benar benar aktual. Yakni berbagai aktifitas yang mempengaruhi
aspek kognitif,afektif dan psikomotorik peserta didiknya.
E.
TIPOLOGI PESANTREN
Secara
faktual pesantren terbagi kepada tiga tipe pondok pesantren yaitu:
1.
Pondok Pesantren Tradisional
Pondok
Pesantren ini masih bertahan dengan ketradisionallannya,disebut juga salafi
yaitu mengajarka kitab kitab turas yang ditulis pada abad ke 15, dengan
menggunakan sistem Halakah( teacher orientid) menggunakan bahasa arab.Methoda
yang dipakai adalah SOROGAN dan WETON[16]. Kedua methode ini juga merupakan
warisan tertua dalam metoda pembelajaran khususnya di pulau Jawa dan Madura .
Sorogan
ialah aktifitas pembelajaran secara individual dimana setiap santri menghadap (
(face to face) secara bergiliran kepda ustazd atau kiyainya ( membaca,
mengartikan,menelaah, dan menjawab pertanyaan dari ustadz dan kiyainya. Bila
santri tersebut telah dinyatakan sudah menguasai pelajaran tersebut , maka
guru,ustadz atau kiyai memberikan pelajaran baru yang harus dikuasai oleh
seorang santri. Setelah itu santri berpindah ketempat lain untuk mengulang dan
membahas pelajaran baru tersebut.Metoda ini sering dikritik, karena dapat
melelahkan seorang guru, ustadz dan kiyai, serta menjadikan boros waktu dan
tidak efisien. Walaupun akhirnya diakui sebagai pendidikan yang mempunyai efek
pendidikan yang cukup tinggi.
Metoda
kedua disebut weton atau wekton dan ada yang juga yang menyebutnya dengan
Bandongan( wekton = pengajian setelah sholat menunggu sholat berikutnya,
sedangkan bandongan= berjama’ah). Seorang Ustadz, kiyai, Guru membaca,
menterjemah dan mengupas suatu pelajaran dari kitab tertentu, sementara murid
santri duduk mengelilingi gurunya. Metoda ini dikritik ,karena guru tidak bisa
mengetahui siapa santrinya,nama,alamat dan negeri asalnya( back round) dari
santri.
Titik lemah
pendidikan pesantren yang lain adalah suasana pemelajaran yang pasif. Suasana
yang demikian harus ditransformasikan kedalam suasana pembelajaran yang
kondusif dan memfasilitasi pengutan daya kritis para santri melalui berbagai
kondisi dan penegembangan wawasana yang diperkuat oleh pendekatan –pe`ndekatan
methodologis.
Agar nalar
kritis tumbuh di pesantren, para pengelolanya harus mau melakukan formulasi
pola pendidikan dengan menyatakan methodologi modern, dengan cara menguatkan
aspek yang selama ini telah ada dipesantren tetapi belum maksimal.seperti ilmu
mantiq ( logika), ushulul fiqh, dan lain sebagainya untuk dikaji lebih serius.
Untuk menambah daya kritis warga pesantren, berbagai upaya harus terus dilakukan. Pesantren mau atau tidak mau
dituntut untuk merespon berbagai problem sosial yang muncul dalam kehidupan
umat..
2.
Pondok Pesantren Modern
Pondok
Pesantren ini merupakan tipe pesantren karena orientasi belajarnya cenderung berorientasi
F.
Ideologi Pendidikan Pesantren
Dilihat
dari pemetaan ideologi pendidikan yang dilakukan oleh O Neill, dunia pendidikan
pesantren di Indonesia dapat dipetakan kedalam tiga tipe:
Pertama , Ideologi pendidikan konservatif atau ideologi tradisional.Model
pesantren ini, pendidikan tidak lebih hanya sebatas transfer of knowledge,
pengalihan dan pemberian dari seorang guru ( kiyai) kepada murid (santri).
Ideologi yang dibangun adalah “sesrorang wajib untuk menuntut ilmu. Guru
merupakan sumber ilmu dan semua (murid) santri, dituntut untuk patuh pada apa
yang menjadi ketentuan guru melalui peraturan dan kode etik pesantren yang
telah ditentukan secara otoritatif.[17]
Kedua : Ideologi Pendidikan Modern, Pada tingkat ini O Neill menyebut
dengan ideologi liberal.Sebagai proses pendewasaan, maka seorang santri harus
menjadi subyek dalam proses pendidikan, ia tidak terbelenggu oleh sekat-sekat
aturan atau kode etik santri. Jadi seorang santri sebagai subyek mempunyai hak
menentukan dirinya sendiri, berhak mengkritik,atau berbeda pendapat dengan
kiyainya.Prroses pembelajarannya menjurus pada kebutuhan santri.. Walaupun
begitu, seorang santri dibiarkan bebas berprilaku.
Pada ideologi modern seperti ini kiyai Guru dan santri mampu menjawab
pertanyaan masayraat.
G.
Problematika Pesantren
Ada kesan diskriminatif
pesantren dengan sekolah umum dalam hal perlakuan pemerintah daerah..Maju
bersama hanya baru mencapai tatanan wacana dan miskin aksi (Samsul Ma’arif
(2008)[18].Kesan dinomor duakan adalah kalimat yang mulai terasa oleh
pemerhati dan praktisi pesantren. Cap miring (imige negatif) terhadap ponpes
adalah kampungan, sarungan, nampaknya masih melekat pada pondok pesantren.
Padahal pesantren sudah mengalami metamarfosis menjadi suatu lembaga yang
dinamis dan adaptif dengan kemajuan non marjinal dan patut diperhitungkan.
Sekarang kapitalisme bukan hanya milik penjajah, akan tetapi sudah masuk
kedalam ranah pendidikan yang semestinya menjadi hak rakyat yang akan
diterimanya. Sebagaimana amanat UUD ’45 pada alinia ke4 pembukaan UUD 1945
yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Ivan illich dalam bukunya” Deschooling
Societ” menghendaki sekolah sekolah yang muncul pada negara ketiga dibubarkan
saja Alasan nya adalah karena maraknya praktek Kapitalisme dengan ciri” mahal”
dan dijadikan lahan bagi penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya. Darma
kingtiyas(1999 hal 158-159 menyebutkan” Jumlah siswa lebih kurang 37 juta
dijadikan pasar besar bagi perusahaan besar swasta dalam penerbitan buku, kain
seragam,atk dll”[19]
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Pesantren adalah sitem pendidikan
yang tumbuh dan lahir dari kultur Indonesia yang bersifat indigenous ( istilah
Nurkhalis Majid), yang dilirik kembali sebagai model dasar pengembangan konsep
dasar pendidikan Indonesia. Budaya pendidikan pesantren telah diadopsi kedalam
sistem pendidikan nasinal. Gejala ini terlihat jelas pada kemunculan
sekolah-sekolah unggul atau boarding school yang notabene merupakan sistem
pesantren.
- Saran – Saran
1.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia
harus diperkaya oleh umat islam dengan temuan temuan baru tentang kiprahnya di
Nusantara, baik dalam bentuk jurnal dan karya ilmiyah sebagai rujukan baru
dalam literatur keislaman modern.
2.
Setiap pesantren harus mempertahankan ciri khasnya sebagai
lembaga pendidikan warisan budaya pendidikan Indonesia
3.
Pesantren juga sudah sa’atnya berbenah menuju pesantren
yang berkualitas dengan mengadopsi managemen modern sebagai lembaga pendidikan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Azyumardi Azra.SURAU,Pendidikan Islam Tradisional dalam transisi
dan Modernisasi,terjemahan,Iding Rasyidin,Judul aslinya” The Rise and Decline
of the minangkabau: A Tradisional Islamic Educational Institution in West
Sumatra During Tehe Dutch Colonial Government” tesis MA,Columbia
University,1998, Cetakan Pertama april 2003.
2. Gontor,Biografi K.H. Imam Zarkasyi dari Gontor merintis
pesantren modern(ponorogo,Gontor press,1996.
3.
http: pendis.kemenag.co.id.file dokumen.2011
4. Imam Bawani, Tradisionalisme dalam Pendidikan
Islam,Surabaya,Al-ikhlas 1993.
5. Lembaga Research Islam ( pesantren Luhur),Sejarah Dan dakwah
islamiyah sunan Giri( Malang,PanitiaPenelitian dan pemugaran Sunan Giri
Gresik,1975)
6. Mahmud Arif,Pendidikan Islam Tranformatif,LKiS Yoyakarta 2008
7.
Mahmud Yunus,Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia(
Jakarta,Hidakarya Agung,1985.
8. Martin Van Bruinsessen,Pesantren dan Kitab Kuning: Pemeliharaan
dan Keseimbangan Tradisi Pesantren( Jurnal Ulumul Quran, vol III No 4/1999
9.
Muhammad Fathurrahman,Prof.Dr,MPdI dan Sulistyorini,
DR.MAg,Impelementasi Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Islam,Jakarta
,Teras.2012
10. Mujamil Qomar , Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju
Demokrasi Institusi.Penerbit Erlangga
2007
11. Mujammil
Qomar,Manajemen Pendidikan Islam,Erlangga,Jakarta ,2010.
12. Samsul ma’arif, Pesantren Vs Kapitalisme sekolah,Semarang,Need
press ,2008.
13. Zamakhsary Dhofier, Tradisi Pesantren:Studi Pandangan
Kyai.Jakarta:LP3ES,1994
[1] Mahmud Arif,Pendidikan Islam
Tranformatif,LKiS Yoyakarta 2008,hal.168
[2]
http: pendis.kemenag.co.id.file dokumen.2011
[3]
Muhammad Faturrahman,Sulistyorini.Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu
Pendidikan Islam, Teras Jakarta. 2012 hal:235 dan 342.
[4]
Jaki iskandar:http.
[5]
Zamakhsary Dhofier, Tradisi Pesantren:Studi Pandangan
Kyai(Jakarta:LP3ES,1994)hal 18.
[6]
Gontor,Biografi K.H. Imam Zarkasyi dari Gontor merintis pesantren
modern(ponorogo,Gontor press,1996),55
[7]
Lembaga Research Islam ( pesantren Luhur),Sejarah Dan dakwah islamiyah sunan
Giri( Malang,PanitiaPenelitian dan pemugaran Sunan Giri Gresik,1975) hal 52
[8]
Azyumardi Azra.SURAU,Pendidikan Islam Tradisional dalam transisi dan
Modernisasi,terjemahan,Iding Rasyidin,Judul aslinya” The Rise and Decline of
the minangkabau: A Tradisional Islamic Educational Institution in West Sumatra
During Tehe Dutch Colonial Government” tesis MA,Columbia University,1998,
Cetakan Pertama april 2003.
[9]
Azymardi Azra,SUrau(2003
[10]
Martin Van Bruinsessen,Pesantren dan Kitab Kuning: Pemeliharaan dan
Keseimbangan Tradisi Pesantren( Jurnal Ulumul Quran, vol III No 4/1999,75
[11]
Mujamil Qomar , Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi
Institusi.Penerbit Erlangga 2007 Hal 39.
[12]
H.Muwahid Shulhan,Teras,2013,hal 131-132
[13]Muwahud
Shulnan,Soim, Managemen Pendidikan Islam,Yogyakarta, 2013 cet 1.hal 41.
[14]
Muhammad Fathurrohman,Sulistyorini, Implementasi Managemen
Peningkatan Mutu Pendidikan Islam.Teras Yogyakarta,2012,cetakan I, Hl
,249.
[15]
Mahmud Yunus,Sejarah Pendidikan Islam di
Indonesia( Jakarta,Hidakarya Agung,1985)h al 232
[16]
Imam Bawani, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam,Surabaya,Al-ikhlas
1993,hal-97-98
[17]
Ahmad Arifi, Paradigma pendidikan pesantren berbasis masyarakat.Jakarta LP3ES,
1979 h 46
[18]
Samsul ma’arif, Pesantren Vs Kapitalisme sekolah,Semarang,Need press ,2008.
[19]
Samsul Ma’arif 2008
Komentar
Posting Komentar