PESANTREN DI INDONESIA ( MAKALAH)


PESANTREN DI INDONESIA

BAB I  PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Munculnya gagasan dari pelbagai pemerhati pendidikan ditanah air untuk mensintensiskan system pendidikan pesantren dengan system pendidikan modern dalam rangka menghadirkan wacana pendidikan alternatif, menjadikan dunia pesantren perlahan berubah menjadi sesuatu yang menarik bagi ilmuan dan akademisi. Hal ini tidak terlepas dari kelebihan-kelebihan yang dimiliki  pesantren.Kelebihan itu diantaranya adalah 1.sitem pengasramaan, 2 keakraban,3.keberhasilan pesantren mencetak pribadi yang mandiri,4.memdidik kesederhanaan.5.murah biayanya[1]
Menurut data Statistik Pendidikan Diniyah dan Pesantren, Kementerian Agama Indonesia, jumlah Pondok Pesantren di Indonesia saat ini mencapai 27.218 . Dengan pembagian tiga Tipologi Pondok Pesantren, Salafiyah  13,446 (49.4%) . Khalafiyah 3,064 (11.3%), Kombinasi 10,708 (39.3%)[2]
Istilah pesantren dalam data Kementerian Agama Indonesia Pesantren itu disebut dengan Pondok Pesantren. Pesantren atau Pondok Pesantren merupakan bentuk lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Pesantren adalah Lembaga pendidikan Islam sangat variatif, mengingat adanya kebebasan dari kiay pendirinya./pengasuh Pesantren memiliki penekanan keilmuan atau kajian tertentu seperti pesantren fikih, pesantren Alquran  , pesantren tasauf dan sebagainya. Sebagai suatu lembaga pendidikan tentu tidak banyak masyarakat yang mengetahui tentang pelaksanaan pendidikan didalamnya atau manajemen yang dilakukan, bahkan apa bedanya antara pesantren dengan pesantren modern dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Ditinjau dari segi keterbukaan terhadap perubahan yang terjadi dari pengaruh luar, pesantren itu terbagi kepada dua; yaitu pesantren tradisional atau disebut salafi dan pesantren modern atau khalafi. Perbedaan keduanya terletak dari cara belajar dan muatan kurikulumnya Pesantren khalafi lebih bersifat pada adaptif artinya pada pesantren itu memasukkan pembelajaran yang bermuatan teknologi dan saint. Menarik untuk dikaji beberapa hal tentang pondok pesantren ini ,seperti.
1.      Bagaimanakah tata laksana dari pesantren tradisional. Apakan pesantren tradisional akan tetap berahan hidup dengan ciri-khas tradisionalnya atau akan ditinggalkan oleh zaman dengan pengagumnya.
2.      Bagaimana manajemen dari pesantren tradisional itu.
3.      Bagaimana cara pelaksanaan pendidikan pada pesantren yang mengadopsi ilmu modern?
C.Batasan Masalah
Dari banyaknya rumusan masalah diatas, tidak cukup ruang bagi penulis untuk membahasnya karena saking kompleknya kajian pondok pesantren ini. Penulis hanya akan membahas tentang Pelaksanaan Pendidikan Pada Pesantren  di Indonesia. Keunggulannya dan kelemahannya.

BAB II   PEMBAHASAN
A.    Pesantren
1.      Pengertian Pondok Pesantren
a.       Pesantren atau Pondok adalah lembaga pendidikan Islam, yang didalamnya terdapat seorang kiyai(pendidik) yang mengajar dan mendididk para santri( peserta didik) dengan sarana Masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta dukungan adanya pemondokan atau asrama sebagai tempat tinggal para santri.[3]
b.      Pesantren merupakan kerangka sistem pendidikan Islam tradisional di Pulau Jawa dan Madura.[4]..
c.       C.C.Berg berpendapat bahwa pesantren berasal dan kata pe-shastri-an yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu.[5]
d.      M.C Cahil dalam tulisannya "Islamic Education in Indonesia: Learning by Doing" memberi pengertian pesantren is an institution where the Moslem learn the value and practice of social involvent.
e.       Nurcholish Madjid, dalam buku "Bilik-bilik Pesantren" meyebutkan, pesantren adalah bentuk pendidikan Islam di Indonesia yang telah berakar sejak berabad-abad silam. Ia menilai, pesantren mengandung makna ke-Islam-an sekaligus keaslian (indigenous) Indonesia.
f.       Imam Zarkasyi : Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dengan system asrama atau pondok, dimana kiyai sebagai figure sentralnya, masjid atau pondok sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, pengajaran agama Islam dibawah bimbingan kiyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya[6]
Jadi maksud istilah pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan dan pengembangan agama Islam di Indonesia, dengan ciri utamanya adalah:
1.      Pesantren harus berbentuk asrama ( full residential Islamic boarding school)
2.      Kiyai sebagai sentral figure ( uswah hasanah), sebagai guru (mua’allim) sebagai pendidik ( murabbi)
3.      Masjid sebagai pusat kegiatan
4.      Materi ajar kitab kuning (turas) dan kitab lainya

2.     Sejarah Lahirnya Pesantren Di Indonesia
Pesantren telah mulai dikenal di bumi nusantara ini dalam periode abad ke-13 sampai 17 M, dan di Pulau Jawa pada abad ke-15 sampai 16 M. Pesantren pertama kali didirikan. khususnya di Pulau Jawa, dimulai dan dibawa oleh Walisongo. Maka model pesantren di Pulau Jawa juga mulai berdiri dan berkembang sezaman dengan Walisongo. Karena itu tidak berlebihan bila dikatakan pondok pesantren yang pertama berdiri adalah pondok pesantren yang didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maghribi disebut juga Sunan Gresik (wafat pada 12 Rabiul Awal 882 H bertepatan dengan 8 April 1419M.)[7]
Di Sumatera Barat istilah pesantren bermakna “SURAU”[8].Menurut Azyumardi Azra(1988).mengutip pendapat Mahmud Yunus “Surau itu pertama kali dimunculkan oleh Syaikh Burhanuddin(1646-1691) didaerah Ulakan, Pariaman.dan untuk mengingat sejarahnya sekarang dilakukan “budaya basafa” salah satu bentuk ziarah kubur. Dan Surau Besar, mirip pesantren sekarang dimunculkan oleh kakeknya bapak Proklamator RI ( Mohammad Hatta) yang bernama Syaikh Abdurrahman (1777-1899) di Batuhampar Payakumbuh.Beliau seorang Qari’ terkemuka pada zamannya[9]
Dan hasil pendataan pendataan Departemen Agama pada tahun 1984-1985, diperoleh keterangan bahwa pesantren tertua didirikan pada tahun 1062, atas nama Pesantren Tan Jampes II di Pamekasan, Madura. Tetapi hal ini diragukan karena tentunya Pesantren Tan Jampes I yang lebih tua, dan dalam buku  Departemen Agama tersebut banyak dicantumkan pesantren tanpa tahun pendirian. Jadi, mungkin mereka memiliki usia yang lebih tua.
B.   Tujuan Pondok Pesantren
Berbeda dengan lembaga pendidikan lainya yang telah menuangkan dasar dan tujuannya dalam anggaran dasar sekolahnya, pondok pesantren terutama salafi pada umumnya belum merumuskannya secara eskplisit.Hal ini dapat dilihat dari peran pesantren salafi ditengah masyarakat yaitu sebagai:
1.      Sebagi pusat berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu keislaman tradisional (transfer of islamic knowledge).
2.      Sebagai penjaga dan pemelihara keberlangsungan islam taradisional ( maintenance of islamic tradition).
3.      Sebagi Pusat reproduksi ulama (reproduction of ulama )[10]
Menurut Mastuhu (Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren,1994) Tujuan pesantren adalah memciptakan dan mengembangkan, kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia,bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula ( abdi) masyarakat yang taat kepada rasul, yaitu menjadi pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad (mengikuti Nabi), maupun berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat di tengah-tengah masyarakat (  ) dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian manusia.
Tujuan terbentuknya pondok pesantren menurut M.Fatuhurrahman dan Sulistyori,2012)adalah:
1.      Tujuan kepribadian Islam,dengan ilmu agamanya seorang santri sanggup menjadi mubalig islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya
2.      Tujuan khususnya yaitu mempersiapkan para santri menjadi orang yang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh seorang kiyai serta dapat mendakwahkannya ditengah masyarakat
Dari pendapat –pendapat diatas tujuan pesantren secara sederhana yaitu islamisasi lembaga pendidikan dan dakwah melalui lembaga pendidikan.

C.   Kepemimpinan Pesantren
Kepemimpinan Pesantren adalah penanggung jawab keberlangsungan pesantren baik dari segi kepemimpinan, kurikulum dan kemajuan pesantren. Kepemimpinan pesantren tergolong kepada dua bentuk kepemimpinan yaitu:
1.      Kepemimpinan Individual Kiai atau Buya
Gelar kiyai diberikan oleh masyarakat kepada ahli agama Islam di pulau jawa yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya. Selain gelar kiyai ,ia juga sering disebut orang Alim( orang yang ahli dalam pengetahuan Islamnya). Di Sumatera Barat disebut Buya.Buya adalah berasal dari bahasa Arab yaitu Abuya atau seorang bapak. Buya lebih identik dengan orang yang ahli dalam bidang agama Islam..
Gelar kiyai atau buya tidak dapat diusahakan melalui jalur formal  seperti sarjana, melainkan datang dari masyarakat yang secara tulus memberikannya tanpa pemilihan umum atau intervensi pengaruh-pengaruh pihak tertentu. Kiyai atau Buya memiliki peran ganda, bukan hanya sebagai pendidik tapi juga sebagai tokoh serba bisa pemimpin spritual dan pemimpin masyarakat dimana petuah petuahnya selalu diterima, didengar dan diikuti, sehingga sangat mudah dalam memobilisasi masa.Iamerupakan faktor inti dalam sebuah pesantren.Ia merupakan figur sentral karena seluruh penyelenggaraan pesantren terpusat padanya. Ia juga merupakan sumber utama yang berkaitan dengan soal kepemimpinan, ilmu pengetahuan dan misi pesantren. Karena itu seorang kiyai disebut sebagai “ raja dikerajaan kecil ( pesantren) karena ia memiliki political will dan politikal power.[11]
Kepemimpinan individual ini menyebabkan orang luar tidak boleh, dan tidak memiliki hak untuk mengajukan usulan konstruktif-strategis dalam upaya pengembangan pesantren dimasa depan. Model kepemimpinannya terkesan alami, corak managemennya juga alami. Fenomena ini muncul karena kebiasaan sistem pendidikan pesantren yang menerapkan “ serba tidak formal”. Hal ini dapat mengancam kesinambungan pesantren, karena tidak bisa diwarisi oleh orang yang sesudahnya. Lebih lagi bila kiyai suatu pesantren sudah masuk kedalam kancah politik
2.      Kepemimpinan yayasan
Kepemimpinan yayasan adalah suatu bentuk kepemimpina secara kolegial dan setiap keputusan yang bersifat krusial di rangkum dalam musyawarah bersama. Dan tanggung jawab sepenuhnya bukan ditanggung oleh seorang pribadi melainkan secara bersama.
Departemen Agama pernah mengintrodusir bentuk Yayasan sebagai badan hukum pesantren. Pelembagaan semacam yayasan ini mendorong pesantren menjadi organisasi impersonal (bukan lagi milik peibadi). Pembagian wewenang dalam tatalaksana kepengurusan diatur secara fungsional dan managemen digerakkan sesuai dengan tata-aturan managemen modern. Otoritas tidak lagi berada ditangan kiyai akan tetapi bersifat kolektif ditangani secara bersama menurut tugas masing masing individu, walaupun peran kiyai masih dominan. Wewenang mutlak harus ditransfer menjadi wewenang kolektif sebagai hak wewenang yayasan.
Fungsi manager dalam ilmu managemen modern tergolong kepada lima fungsi yaitu:
1.      Fungsi Instruktif
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah, pemimpin sebagai komunikator menentukan apa dan bagimananya suatu persoalan disebut juga (structuring the situation). Hal ini dibutuhkan ketika keadaan genting dan darurat.
2.      Fungsi Konsultatif
Dalam menetapkan sesuatu seorang pemimpin( manager) sering memerlukan pertimbangan, konsultasi dengan pihak yang dipandang menguasai suatu persoalan (tenaga ahli). Ini sesuai dengan ajaran quran “tanyakan kepada Ahlinya ,kalau kamu tidak mengetahui”. Hal ini sangat dibutuhkan ketika membuat keputusan yang menyangkut kebijakan strategis.
3.      Fungsi Parsipatif
Keikutsertaan dalam hal kebersamaan. Keikutsertaan pemimpin ini bukan berarti ia menanggalkan fungsinya sebagai figur pemimpin, lalu menjelma sebagai pelaksana.
4.      Fungsi Delegasi
Fungsi ini melimpahkan wewenang secara porposional dan profesional.
5.      Fungsi pengendalian[12]
Fungsi ini lebih menitik beratkan kepada pembagian job description dan koordinasi maksimal disebut juga (controlling group behavior)
W.A Gerungan (2002 menambahkan dengan istilah:
6.      fungsi spokesman of the group yaitu Fungsi juru bicara
Keberhasilan sekaligus kelebihan managemen modern akan memberikan nuansa baru dalam kepemimpinan pesantren. Persoalan kelangkaan pemimpin pesantren dimasa datang selalu diantisipasi dengan menyiapkan kader yang dinilai potensial memimpin pesantren pada masa datang.Sistem suksesi tidak lagi didasarkan pada genealogi melainkan ditekankan pada profesionalitas. Dalam kepemimpinan kolektif ini , pada pesantren dibentuk dewan pimpinan dibawah pimpinan seorang direktur hal ini disebut multi-leaders.
D.   Kurikulum Pesantren
Istilah kurukulum berasal dari  dunia olah raga pada zaman Yunani kuno yang mengandung arti jarak tempuh yang dibutuhkan pelari sejak dari garis star sampai finis (curir/curare, pelari dan jarak tempuhnya).Dalam bahasa arab disebut dengan “Manhaj”yaitu jalan terang bagi seorang pejalan.[13].Kurikulum adalah segala sesuatu usaha yang ditempuh sekolah untuk mempengaruhi ( merangsang ) belajar, baik berlangsung didalam kelas , dihalaman sekolah, maupun diluar sekolah.
(Othanel Smith dkk)Kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak agar dapat berfikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya. ( Harold B) Kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran saja meliputi pula kegiatan kegiatan lain dibawah tanggung jawab sekolah.[14]
Kurikulum pesantren menurut Mahmud Yunus (2007) “ Ilmu yang mula- mula diajarkan dipesantren adalah ilmu sharaf dan nahu, kemudian ilmu fikih, Tafsir ,Ilmu kalam( tauhid), akhirnya sampai kepada ilmu tasawwuf dan sebagainya[15]. Dalam hal proses belajar mengajar pada pondok pesantren pada awalnya menerapkan teacher centris dengan memakai berbagai methode pembelajaran yang sering disebut dengan halaqah, wedongan,dan sorogan. Dan pada akhirnya beralih menjadi student Centris berpusat kepada siswa.
Paradigma baru pendidikan menyatakan bahwa yang dimaksud kurikulum bukan hanya yang tertulis diatas kertas, melainkan seluruh aktifitas yang mempengaruhi terjadinya pembelajaran. Kurikulum yang berada diatas kertas baru merupakan kurikulum yang bersifat potensial, sedangkan kurikulum yang sesungguhnya adalah kurikulum yang benar benar aktual. Yakni berbagai aktifitas yang mempengaruhi aspek kognitif,afektif dan psikomotorik peserta didiknya.
E.   TIPOLOGI PESANTREN
Secara faktual pesantren terbagi kepada tiga tipe pondok pesantren yaitu:
1.      Pondok Pesantren Tradisional
Pondok Pesantren ini masih bertahan dengan ketradisionallannya,disebut juga salafi yaitu mengajarka kitab kitab turas yang ditulis pada abad ke 15, dengan menggunakan sistem Halakah( teacher orientid) menggunakan bahasa arab.Methoda yang dipakai adalah SOROGAN dan WETON[16]. Kedua methode ini juga merupakan warisan tertua dalam metoda pembelajaran khususnya di pulau Jawa dan Madura .
Sorogan ialah aktifitas pembelajaran secara individual dimana setiap santri menghadap ( (face to face) secara bergiliran kepda ustazd atau kiyainya ( membaca, mengartikan,menelaah, dan menjawab pertanyaan dari ustadz dan kiyainya. Bila santri tersebut telah dinyatakan sudah menguasai pelajaran tersebut , maka guru,ustadz atau kiyai memberikan pelajaran baru yang harus dikuasai oleh seorang santri. Setelah itu santri berpindah ketempat lain untuk mengulang dan membahas pelajaran baru tersebut.Metoda ini sering dikritik, karena dapat melelahkan seorang guru, ustadz dan kiyai, serta menjadikan boros waktu dan tidak efisien. Walaupun akhirnya diakui sebagai pendidikan yang mempunyai efek pendidikan yang cukup tinggi.
Metoda kedua disebut weton atau wekton dan ada yang juga yang menyebutnya dengan Bandongan( wekton = pengajian setelah sholat menunggu sholat berikutnya, sedangkan bandongan= berjama’ah). Seorang Ustadz, kiyai, Guru membaca, menterjemah dan mengupas suatu pelajaran dari kitab tertentu, sementara murid santri duduk mengelilingi gurunya. Metoda ini dikritik ,karena guru tidak bisa mengetahui siapa santrinya,nama,alamat dan negeri asalnya( back round) dari santri.
Titik lemah pendidikan pesantren yang lain adalah suasana pemelajaran yang pasif. Suasana yang demikian harus ditransformasikan kedalam suasana pembelajaran yang kondusif dan memfasilitasi pengutan daya kritis para santri melalui berbagai kondisi dan penegembangan wawasana yang diperkuat oleh pendekatan –pe`ndekatan methodologis.
Agar nalar kritis tumbuh di pesantren, para pengelolanya harus mau melakukan formulasi pola pendidikan dengan menyatakan methodologi modern, dengan cara menguatkan aspek yang selama ini telah ada dipesantren tetapi belum maksimal.seperti ilmu mantiq ( logika), ushulul fiqh, dan lain sebagainya untuk dikaji lebih serius. Untuk menambah daya kritis warga pesantren, berbagai upaya harus terus  dilakukan. Pesantren mau atau tidak mau dituntut untuk merespon berbagai problem sosial yang muncul dalam kehidupan umat..

2.      Pondok Pesantren Modern
Pondok Pesantren ini merupakan tipe pesantren karena orientasi  belajarnya cenderung berorientasi

F.      Ideologi Pendidikan Pesantren
Dilihat dari pemetaan ideologi pendidikan yang dilakukan oleh O Neill, dunia pendidikan pesantren di Indonesia dapat dipetakan kedalam tiga tipe:
Pertama , Ideologi pendidikan konservatif atau ideologi tradisional.Model pesantren ini, pendidikan tidak lebih hanya sebatas transfer of knowledge, pengalihan dan pemberian dari seorang guru ( kiyai) kepada murid (santri). Ideologi yang dibangun adalah “sesrorang wajib untuk menuntut ilmu. Guru merupakan sumber ilmu dan semua (murid) santri, dituntut untuk patuh pada apa yang menjadi ketentuan guru melalui peraturan dan kode etik pesantren yang telah ditentukan secara otoritatif.[17]
Kedua : Ideologi Pendidikan Modern, Pada tingkat ini O Neill menyebut dengan ideologi liberal.Sebagai proses pendewasaan, maka seorang santri harus menjadi subyek dalam proses pendidikan, ia tidak terbelenggu oleh sekat-sekat aturan atau kode etik santri. Jadi seorang santri sebagai subyek mempunyai hak menentukan dirinya sendiri, berhak mengkritik,atau berbeda pendapat dengan kiyainya.Prroses pembelajarannya menjurus pada kebutuhan santri.. Walaupun begitu, seorang santri dibiarkan bebas berprilaku.
Pada ideologi modern seperti ini kiyai Guru dan santri mampu menjawab pertanyaan masayraat.
G.    Problematika Pesantren
Ada kesan diskriminatif pesantren dengan sekolah umum dalam hal perlakuan pemerintah daerah..Maju bersama hanya baru mencapai tatanan wacana dan miskin aksi (Samsul Ma’arif (2008)[18].Kesan dinomor duakan  adalah kalimat yang mulai terasa oleh pemerhati dan praktisi pesantren. Cap miring (imige negatif) terhadap ponpes adalah kampungan, sarungan, nampaknya masih melekat pada pondok pesantren. Padahal pesantren sudah mengalami metamarfosis menjadi suatu lembaga yang dinamis dan adaptif dengan kemajuan non marjinal dan patut diperhitungkan. Sekarang kapitalisme bukan hanya milik penjajah, akan tetapi sudah masuk kedalam ranah pendidikan yang semestinya menjadi hak rakyat yang akan diterimanya. Sebagaimana amanat UUD ’45 pada alinia ke4 pembukaan UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Ivan illich dalam bukunya” Deschooling Societ” menghendaki sekolah sekolah yang muncul pada negara ketiga dibubarkan saja Alasan nya adalah karena maraknya praktek Kapitalisme dengan ciri” mahal” dan dijadikan lahan bagi penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya. Darma kingtiyas(1999 hal 158-159 menyebutkan” Jumlah siswa lebih kurang 37 juta dijadikan pasar besar bagi perusahaan besar swasta dalam penerbitan buku, kain seragam,atk dll”[19]

BAB III PENUTUP
  1. Kesimpulan
Pesantren adalah sitem pendidikan yang tumbuh dan lahir dari kultur Indonesia yang bersifat indigenous ( istilah Nurkhalis Majid), yang dilirik kembali sebagai model dasar pengembangan konsep dasar pendidikan Indonesia. Budaya pendidikan pesantren telah diadopsi kedalam sistem pendidikan nasinal. Gejala ini terlihat jelas pada kemunculan sekolah-sekolah unggul atau boarding school yang notabene merupakan sistem pesantren.
  1. Saran – Saran
1.      Pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia harus diperkaya oleh umat islam dengan temuan temuan baru tentang kiprahnya di Nusantara, baik dalam bentuk jurnal dan karya ilmiyah sebagai rujukan baru dalam literatur keislaman modern.
2.      Setiap pesantren harus mempertahankan ciri khasnya sebagai lembaga pendidikan warisan budaya pendidikan Indonesia
3.      Pesantren juga sudah sa’atnya berbenah menuju pesantren yang berkualitas dengan mengadopsi managemen modern sebagai lembaga pendidikan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

1.       Azyumardi Azra.SURAU,Pendidikan Islam Tradisional dalam transisi dan Modernisasi,terjemahan,Iding Rasyidin,Judul aslinya” The Rise and Decline of the minangkabau: A Tradisional Islamic Educational Institution in West Sumatra During Tehe Dutch Colonial Government” tesis MA,Columbia University,1998, Cetakan Pertama april 2003.
2.       Gontor,Biografi K.H. Imam Zarkasyi dari Gontor merintis pesantren modern(ponorogo,Gontor press,1996.
3.      http: pendis.kemenag.co.id.file dokumen.2011
4.       Imam Bawani, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam,Surabaya,Al-ikhlas 1993.
5.       Lembaga Research Islam ( pesantren Luhur),Sejarah Dan dakwah islamiyah sunan Giri( Malang,PanitiaPenelitian dan pemugaran Sunan Giri Gresik,1975)
6.       Mahmud Arif,Pendidikan Islam Tranformatif,LKiS Yoyakarta 2008
7.      Mahmud Yunus,Sejarah Pendidikan Islam di  Indonesia( Jakarta,Hidakarya Agung,1985.
8.       Martin Van Bruinsessen,Pesantren dan Kitab Kuning: Pemeliharaan dan Keseimbangan Tradisi Pesantren( Jurnal Ulumul Quran, vol III No 4/1999
9.      Muhammad Fathurrahman,Prof.Dr,MPdI dan Sulistyorini, DR.MAg,Impelementasi Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Islam,Jakarta ,Teras.2012
10.  Mujamil Qomar , Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi.Penerbit Erlangga  2007
11.  Mujammil Qomar,Manajemen Pendidikan Islam,Erlangga,Jakarta ,2010.
12.  Samsul ma’arif, Pesantren Vs Kapitalisme sekolah,Semarang,Need press ,2008.
13.  Zamakhsary Dhofier, Tradisi Pesantren:Studi Pandangan Kyai.Jakarta:LP3ES,1994



[1]  Mahmud Arif,Pendidikan Islam Tranformatif,LKiS Yoyakarta 2008,hal.168
[2] http: pendis.kemenag.co.id.file dokumen.2011
[3] Muhammad Faturrahman,Sulistyorini.Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Islam, Teras Jakarta. 2012 hal:235 dan 342.
[4] Jaki iskandar:http.       
[5] Zamakhsary Dhofier, Tradisi Pesantren:Studi Pandangan Kyai(Jakarta:LP3ES,1994)hal 18.
[6] Gontor,Biografi K.H. Imam Zarkasyi dari Gontor merintis pesantren modern(ponorogo,Gontor press,1996),55
[7] Lembaga Research Islam ( pesantren Luhur),Sejarah Dan dakwah islamiyah sunan Giri( Malang,PanitiaPenelitian dan pemugaran Sunan Giri Gresik,1975) hal 52
[8] Azyumardi Azra.SURAU,Pendidikan Islam Tradisional dalam transisi dan Modernisasi,terjemahan,Iding Rasyidin,Judul aslinya” The Rise and Decline of the minangkabau: A Tradisional Islamic Educational Institution in West Sumatra During Tehe Dutch Colonial Government” tesis MA,Columbia University,1998, Cetakan Pertama april 2003.
[9] Azymardi Azra,SUrau(2003
[10] Martin Van Bruinsessen,Pesantren dan Kitab Kuning: Pemeliharaan dan Keseimbangan Tradisi Pesantren( Jurnal Ulumul Quran, vol III No 4/1999,75
[11] Mujamil Qomar , Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi.Penerbit Erlangga  2007 Hal 39.
[12] H.Muwahid Shulhan,Teras,2013,hal 131-132
[13]Muwahud Shulnan,Soim, Managemen Pendidikan Islam,Yogyakarta, 2013 cet 1.hal 41.
[14] Muhammad Fathurrohman,Sulistyorini, Implementasi  Managemen  Peningkatan Mutu Pendidikan Islam.Teras Yogyakarta,2012,cetakan I, Hl ,249.
[15] Mahmud Yunus,Sejarah Pendidikan Islam di  Indonesia( Jakarta,Hidakarya Agung,1985)h al 232
[16] Imam Bawani, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam,Surabaya,Al-ikhlas 1993,hal-97-98
[17] Ahmad Arifi, Paradigma pendidikan pesantren berbasis masyarakat.Jakarta LP3ES, 1979 h 46
[18] Samsul ma’arif, Pesantren Vs Kapitalisme sekolah,Semarang,Need press ,2008.
[19] Samsul Ma’arif 2008

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PASAMBAHAN MAKAN BUKITTINGGI

PIdato Pendek " Man Jadda Wajada "

Peradaban Islam Periode Rasulullah di Madinah (622 – 632 M)