PERBAIKAN MAKALAH PEMIKIRAN TASAUF FALSAFI


PERBAIKAN MAKALAH
PEMIKIRAN TASAUF FALSAFI
ABU YAZID ALBUSTAMI,AL-HALLAJ, RABI,AH AL-ADAWIYYAH DAN IBNU ‘ARABI


DIBERIKAN DALAMRANGKA PERBAIKAN MAKALAH
MATA KULIAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM
 30 JANUARI 2016.
Oleh
AZWARMAN
NIM : 201. 15. 031


DOSEN PEMBIMBING
Prof.DR.AZYUMARDI AZRA.CBE
DR.SYOFYAN ROZI, M.Ag

PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KOTA BUKITTINGGI – SUMATERA BARAT Th.2015 -2016


MAKALAH
PEMIKIRAN TASAUF FALSAFI
ABU YAZID ALBUSTAMI,AL-HALLAJ, RABI,AH AL-ADAWIYYAH DAN IBNU ‘ARABI

BAB I
PENDAHULUAN
A.   PENGERTIAN TASAUF
Tasawwuf berasal dari kata Sufi .Dan kata Sufi berasal dari bahasa arab. Kata Suf ((صوف    yaitu kain yang dibuat dari bulu yaitu wol. Kain wol yang dipakai kaum sufi adalah wol kasar dan bukan wol halus seperti sekarang. Hal ini adalah symbol kesederhanan dan kemiskinan. Kaum sufi hidup sederhana dan dalam keadaan miskin, tetapi berhati suci dan mulia, Inilah yang diterima  sebagai asal kata sufi[1].
Tasawwuf secara umum merupakan filsafat kehidupan dan jalan tertentu dalam berprilaku yang digunakan oleh manusia untuk mencapai kesempurnaan akhlaknya, spiritual hakiki sekaligus kebahagian rohaninya. Setiap sufi mengganggap pengalamannya dalam  frame, bingkai kerangka yang ada dimasyarakatnya yang berupa akidah maupun pemikiran. Jadi pengalaman sufistik secara substansi sebenarnya adalah satu, sehingga perbedaan satu sufi dengan sufi lainya tidak lain disebabkan oleh penafsiran terhadap pengalaman tersebut yang dipengaruhi oleh peradaban setempat.[2]
Tasauf atau sufisme  adalah ilmu yang membahas masalah pendekatan diri manusia kepada Tuhan melaui penyucian dirinya.  Jalan yang ditempuh seseorang untuk sampai ketingkat melihat Tuhan dengan mata hati dan akhirnya bersatu dengan Tuhan. Bersatunya seorang  sufi dengan tuhan adalah perjalan panjang dan penuh halangan. Karena itu sedikit sekali orang yang bisa sampai kepuncak tujuan tasawuf itu.  Jalan menuju tingkat makam atau stasion itu di Indonesia dinamakan tarekat. Tarekat itu sendiri berasal dari bahasa arab yaitu Thariqah artinya adalah jalan.[3], atau “Suluk”
Harun Nasution(1995) menyebutkan Jalan jalan tarikat itu bernama:
1.      Menurut Al-Kalabidalam kitab Atta’arruf li mazhab al tasawwuf
( التعرف لمذهب أهل التصوف ) = TOBAT-Zuhud-Sabar- Fakir-Tawadu’-Taqwa-Tawakal-Redha(Kerelaan)-Mahabbah-MAKRIFAT
2.      Abu Nasar attusi dalam bukunya alluma’(  اللمع ) = TOBAT- Wara’-Zuhud- Fakir-Sabar- Tawakal- REDHA
3.      Gazhali dam ihya ulumuddin ( الإحي علوم الدين ) TOBAT-Sabar-Fakir-Zuhud-Tawakal-Cinta-Makrifat- REDHA
4.      Al-qusairi = TAUBAT-Wara’-Zuhud-Tawakal-Sabar-REDHA
5.      (umum dipakai) = TAUBAT-zuhud-sabar-tawakal- REDHA
6.      -------------------- = CINTA-ma’rifat-fana-baqa-ITTIHAT atau Hulul atau wahdatul wujud (bersatu dng Tuhan)
7.      Istilah HAL(bukan Makam)= takut-tawadu’- taqwa (patuh)- ikhlas- al-insa  ( الإنس )-wujud(gembira hati)- syukur
Hal      = Anugerah dan rahmat dari Tuhan hasil usaha amalan tasauf yang dilakukan manusia bersifat kekal
Maqam = Anugerah dan rahmat dari Tuhan hasil usaha amalan tasauf yang dilakukan manusia bersifat sementara ,datng dan pergi[4]
Pemikiran Tasawwuf terbagi dua kepada Tasawwuf Agama ( sunni) dan tasawwuf falsafi .Tasawwuf agama adalah fenomena umum dalam semua agama, Tasawwuf falsafi adalah tasawwuf yang  bercampur dengan filsafat sebagaimana yang terjadi pada sufi Kristen ( seperti al-hallaj sering menyebut-nyebut istilah Kristen dalam ucapannya ( lahut, nasuth dll, dan sufi islam.dan juga mainstream rasional dan tasauf.
Makalah ini berupaya membahas tentang Tasawwuf falsafi menggambarkan dan memperkenalkan kehidupan dan ketokohan dari penganutnya.seperti paham Mahhabbah ,Ittihad, al-Hulul dan,Wahdatul Wujud.
B.Faktor yang mempengaruhi tasauf
Ajaran tasawwuf merupakan fenomena spiritual dan kultural  yang tunduk kepada berbagai factor dan dipengaruhi oleh fenomena – fenomena sosial. Bagi seorang sufi tingkah laku Rasulullah  dan para sahabatnya merupakan panutan yang terbaik. Akan tetapi lingkungan juga mempengaruhi mereka. Factor factor yang mempenagruhi tasawwuf islam adalah :
1.      Faktor internal
Factor internal yang mempengaruhi para sufi adalah Al-quran, diantaranya adalah ayat ayat itu adalah QS almuzammil ayat 1-9 yang berbunyi:

يٰأَيُّهَا ٱلْمُزَّملُ * قُمِ ٱلْلَّيْلَ إِلاَّ قَلِيلاً * نصْفَهُ أَوِ ٱنقُصْ مِنْهُ قَلِيلاً * أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتلِ ٱلْقُرْآنَ تَرْتِيلاً * إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلاً ثَقِيلاً * إِنَّ نَاشِئَةَ ٱللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْأً وَأَقْوَمُ قِيلاً * إِنَّ لَكَ فِي ٱلنَّهَارِ سَبْحَاً طَوِيلاً * وَٱذْكُرِ ٱسْمَ رَبكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلاً * رَّبُّ ٱلْمَشْرِقِ وَٱلْمَغْرِبِ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ هُوَ فَٱتَّخِذْهُ وَكِيلاً
1.  Hai orang yang berselimut (Muhammad), 2.  Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari kecuali sedikit (daripadanya), 3.  (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. 4.  Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. 5.  Sesungguhnya kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. 6.  Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. 7.  Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). 8.  Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. 9.  (Dia-lah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Maka ambillah dia sebagai Pelindung.

2.      Faktor Ekternal
Faktor diluar yang dimaksud adalah masa dimana sufi itu hidup.Seperti masalah politik, social masyarakat.dan kondisi keluarga sufi.


BAB II
TASAWWUF FALSAFI
A.   Sejarah  dan Latar Belakang Munculnya Tasawwuf Falsafi
Tasawwuf ini muncul pada abad ke 6 dan ke 7 H. Tasawwuf falsafi adalah tasawwuf yang berdasarkan pada pemaduan antara intiusi para sufi dengan cara pandang rasional mereka, serta menggunakan terma-terma filsafat dari berbagai macam sumber untuk mengungkapkan tasawwufnya itu.  
Corak dari pada tasawwuf falsafi tentunya sangat berbeda dengan tasawwuf yang pernah diamalkan oleh masa sahabat dan tabi’in, karena tasawwuf ini muncul karena pengaruh filasafat Neo-Platonisme.Berkembangnya tasaawuf sebagai jalan dan latihan untuk merealisir kesucia batin dalam perjalanan menuju kedekatan dengan Allah, juga menarik perhatian para pemikir muslim yang berlatar belakang teologi dan filsafat.
Dari kelompok inilah (teologi dan filsafat) tampil sejumlah kelompok sufi yang filosofis atau filosofis yang sufi. Konsep-konsep mereka yang disebut dengan tasawuf falsafi yakni tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat. ajaran filsafat yang paling banyak dipergunakan dalam analisis tasawuf adalah Paham emanasi neo-Plotinus.      
                                                                                                   
Adanya pemaduan antara filsafat dengan tasawuf pertama kali di motori oleh para filsuf muslim yang pada saat itu mengalami helenisme pengetahuan. Misalnya filsuf muslim yang terkenal yang membahas tentang Tuhan dengan menggunakan konsep-konsep neo-plotinus ialah Al-Kindi. Dalam filsafat emanasi Plotinus roh memancar dari diri Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Tapi, sama dengan Pythagoras, dia berpendapat bahwa roh masuk ke dalam tubuh manusia juga kotor, dan tak dapat lagi kembali ke Tuhan. Selama masih kotor, ia akan tetap tinggal di bumi berusaha. dari sini di tarik ke dalam ranah konsep tasawuf yang berkeyakinan bahwa penciptaan alam semesta adalah pernyataan cinta kasih Tuhan yang direfleksikan dalam bentuk empirik atau sebagai Sifat madzohir dari sifat tuhan.           

 Namun istilah tasawuf   falsafi bulum terkenal pada waktu itu, setelah itu baru tokoh-tokoh sufi falfasi  yang populer. Abu Yazid al-Bustami, Ibn Masarrah (w.381 H) dari Andalusia dan sekaligus sebagai perintisnya. orang kedua yang mengombinasikan antara teori filsafat dan tasawuf ialah Suhrawardi al-Maqtul yang berkembang di Persia atau Iran. Masih banyak tokoh tasawwuf falsafi yang berkembang di Persia ini sepeti al-Haljj dengan konsep al-Hulul yakni perpaduan antara Mansusia dengan sifat-sifat tuhan.

Salah satu kerangka umum dari tasawwuf falsafi adalah bahwa ia merupakan sebuah tasawwuf yang tak jelas, mempunyai bahasa-bahasa tersendiri dan memamahaminya memerlukan jerih payah yang tak sedikit, Tasawwuf falsafi tidak bisa dianggap sebagai filsafat karena dilandaskan pada intuisi, dan juga tidak bisa dikatakan sebagai tasawwuf murni, karena diungkapkan dengan bahasa –bahasa filsafat dan mengarah pada pembentukan aliran pemikiran yang terkonsentrasi dalam pembahasan tentang wujud..
Filsafat Falsafi dipengaruhi oleh :
1.      Filsafat yunani yang disebut dengan Hermeticisme
2.      Filsafat klasik dari timur Persia dan india
3.      Filsafat muslim seperti al-farabi dan Ibnu sina
4.      Filsafat Syiah spt Ismailiyyah dan ikhwanu Shifa
5.      Ilmu ilmu keislaman seperti Fikih ,Ilmu kalam, tafsir, hadis dan sebagainya.
B.    Objek pembahasan Tasawwuf falsafi
Ibnu khaldun dalam Muqaddimah-nya meringkas empat bahasan utama tasawwuf falsafi[5]  yaitu:
1.      Mujahadah. Yaitu Usaha sungguh memerangi hawa nafsu sehingga menghasilkan intuisi, naluri, perasaan
2.      Kasyaf yaitu terbukanya hakikat alam gaib
3.      Karomah atau khawariqul ‘adah; kejadian luarbiasa dalam bentuk otoritas alam ( kekuasaan thp alam), atau berita tentang hari esok.kemampuan merubah sesuatu benda dan lain-lain.
4.      Syathahat; kata –kata tuhan yang membingungkan

C.   Tokoh Tokoh Tasawwuf  falsafi
1.     Al-Ittihad Abu yazid Al-Bustami (801-874)
Nama lengkapnya Abu Yazid Thaifur ibn ‘Isa ibn Adam ibn Syurusan. Ia dikenal juga dengan nama Bayazid adalah salah seorang sufi dan wali terkenal di Persia (Iran) pada abad ke 3 H. Ia lahir di Bistam sekitar tahun 200 H/814M[6] kakeknya seorang majusi yang masuk islam dan dua saudaranya bernama Adam dan Ali seorang Zahid dan ahli Ibadah. Abu Yazid Al-Bustami pada waktu kecil lebih dikenal dengan panggilan Thaifur terlahir dari keluarga yang agamis, terhormat dan terpelajar, Ia berbeda dengan anak seusianya waktunya banyak dihabiskan untuk merenung dan menyendiri dibandingkan bermain bersama teman.
Jalan Tarikat yang ditempuhnya bersama pengikutnya adalah= Fana- Baqa-dan Ittihad,( sehingga ia disebut bapak pencetus faham Fana-Baqa dan ittihad).Mazhab fikihnya adalah  Hanafi[7]
Ia dicap aliran sesat atau keluar dari Islam ,karena ucapannya ( Syatat ): Subhani..Subhani..Ma a’zhami sya’ni (سُبحانى. ماأعظم شئنى. سُبحانى.. ) artinya Maha suci aku.mahasucilah aku dan Maha besar kehendakku. Bantahannya adalah bahwa ucapan itu bukan perkataannya, akan tetapi itu perkataan tuhan melalui lidahnya (  لِأنّهُ هُو الذى يتكلّمُ بِلسانى , أمّا أنا فَقد فنيتُ)[8]
Hal inilah yang menjadi dasar bahwa paham tasawwuf dari Abu Yazid ini disebut dengan tasawwuf Falsafi atau dikenal dengan Sufisme teoritikal atau spekulatif sufisme artinya kebenaran ilmiyahnya tidak bisa diukur ke absahannya dan hanya bisa dialami, diakui oleh penganutnya saja.[9]


2.     Al - Hulul Husen Ibnu Mansur Al-hallaj
Nama lengkapnya adalah Abu al-Muqis al-Husain bin Mansur bin Muhammad al-Bardawi Al-Hallaj,lahir tahun 244H/858M di Tur, Baida Persia.[10]  Ia berguru tentang tasauf kepada Shahal Bin Abdullah Al-Tustuni di Basrah dan Abu Husein Al-Nuri,Junaid Al-Baghdadi dan Umar bin Usman Al-Makki di Bagdad (Irak sekarang)
Jalan Tarikat yang ditempuhnya bersama pengikutnya adalah= Fana- Baqa-dan al Hulul. Hulul artinya Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu yaitu manusia yang telah melenyapkan sifat kemanusiaanya melalui makam “fana” Jadi dalam satu tubuh ada tubuh lain(tuhan) ,sehingga ia mengatakan  ana alhaq ”( أنا الحق )  aku adalah Tuhan .dan sampai dia mengatakan Ana sirru Al-haqqi, ma Al-haqqu ana,bal ana haqqun ,fa farriq bainana
( أنا سرُّ الحقِّ , ما الحقُّ أنا , بلْ أنا حَقٌ , ففارقْ بَيْنَنا  )
Artinya : Aku adalah rahasia yang maha benar, Bukankah yang maha benar itu aku, dan aku hanya satu dari yang benar, maka bedakanlah diantara kami”[11].
Setelah umurnya 63 tahun, Ia di cap aliran sesat oleh ulama Bagdad Ibnu daud Al-Asfahani karena pahamnya yang mengatakan        “ ana alhaq ”( أنا الحق )  aku adalah Tuhan. Akibat pahamnya itu ia keluar masuk penjara pada masa khalifah Husen bin Mansur dan masa khalifah Al-muntadarbillah. Sehingga tanggal 18 Zulqaidah 309 H , ia dihukum mati (hukuman pancung) dan disalib dan dibakar abunya dihanyutkan dalam sungai Dajlah ,sementara kepalanya tetap digantung digerbang Bagdad.[12]

3.     Wahdatul Wujud  Ibnu Arabi  (560 H-638H/1165-1194M)
Nama Ibu Arabi adalah Abu Bakar Muhammad Bin Ali bin Ahmad bin Abdullah Athlia’i Al-Hatimi. Ia lahir di Murcia, sebelah selatan timur Andalusia pada tahun 560 H.Usia delapan tahun ia pindah ke Isbilia bersama keluarganya ke Qurtuba’ .Ia belajar kepada ulama fikih terkenal yaitu Ibnu Hazm Dhahiri dan ketika berumur 30 tahun ia belajar filsafat bersama Ibnu Rusyd dan Abu Madyan al-ghauts al-tamastani di Andalusia.Ia menetap di Damaskus 620 H sampai meninggal di Damaskus tahun 638 H,kuburannya terawatt sampai sekarang.
Karyanya lebih dari 50 karya , dan yang terkenal adalah:
1.      Tarikh Adab Arabi oleh Burklamen
2.      Futuhat Makiyah yaitu ensiklopedi tasawwuf
3.      Fususul Hikam dikomentari oleh Abu ‘Ala’ Afifi
4.      Tarjamatul Asywaq, kumpulan syair-syair
Ia dikenal di Eropa dengan sebutan Syekh Akbar, Ia adalah orang pertama yang meletakan Mazhab wahdatul Wujud ( pantheisme) dalam tasawwuf islam.
Pemikiranya Ibnu arabi
Ibnu Arabi mengemukakan teori  EMANASI, Artnya Allah menampak sesuatu, dan wujud secara pengetahuan dan wujud secara kenyataan.Tajalli tuhan secara terus menerus dalam sesuatu yang tidak terhitung jumlahnya.Pemikiranya mengarah kepada pengingkaran keberadaan sesuatu yang “Mungkin”,sebagai bandingan dari yang wajib. “Mungkin” adalah wujud yang bisa berubah dan baru ( tidak terdahulu). Ia beranggapan bahwa alam adalah munkin, yang berarti bahwa alam diwujudkan dalam sebuah masa, dan alam berbeda dari yang mewujudkannya, maka dari itu bertentangan dengan pemikirannya yang menyatakan bahwa wujud adalah satu dalam hakikat.dan yang banyak yang tampak adalah semu.dan sesuatu yang mungkin “ mumkinat”pada dasarnya adalah tiada.
Ibnu Arabi juga berpendapat tentang “Insan Kamil”atau Hakikat Muhammadiyah.Insan kamil sebagai manusia yang hadis ( diciptakan), juga sesuatu yang azali dan abadi. Kokohnya alam ini karena keberadan Insan kamil.[13]. Menurutnya semua agama adalah satu, yaitu Allah. Ibnu Arabi mengungkapkan pikirannya dalam bait syair ,seperti berikut:
Sebelumnya aku mengingkari sahabatku
Jika ia tidak beragama sama dengan agamaku
Namun akhirnya hatiku mengadap pada keseluruhan bentuk
Pemandangan bagi para pecumbu, gereja bagi para rahib,
Rumah berhala, Ka’bah di Thaif
Lembaran-lembaran taurat dan mushaf Alquran
Aku beragamakan agama cinta
Cinta adalah agama dan keimananku
Manusia berkeyakinan tentang Tuhan dalam satu akidah
Sedangkan aku meyakini segala yang diyakini oleh mereka”

Menurut Abu Wafa’ Al-Ganimi (2002) Diantara murid muridnya adalah Shadruddi Al-Qonawi, Afifuddin Al-talmastani,Abduk Karim al-jilli yang mengarang kitab “ AlInsan al-Kamil fiman Fatil Awakhiri wa al-awail. Pahamnya sampai ke Persia, seperti Fakhruddin Al’iraqi(696H). dan al-Amir Abdul Qadir al-Jazairi Meninggal 1383 M. pengarang kitab ‘ Almawaqif”. Kitab ini cukup fenomenal dan sangat penting untuk dikaji , dan terdiri dari tiga juzu’ dicetak di Kairo Mesir tahun 1382 M
.
5.     Al-mahabbah Rabi’ah al-‘Adawiyyah (99-185 H / 717-801M)
Namanya adalah Rabi’ah binti Ismail al-adawiyah al-qissiyah. Ia lahir di Basrah  (Irak sekarang).Rabi’ah artinya keempat dalam bahasa arab dan memang ia merupakan anak ke 4 dari keluarga Ismail.
Kehidupan masa kecil Rabi’ah sangat menderita, ia terpaksa menjadi budak setelah di curi oleh para penjahat dan dijual kepada pedagang seharga 6 dirham kepada keluarga Atik dari suku Qais bin Adi. .Rabi’ah memiliki keahlian memainkan salah satu alat music pada waktu itu, sehingga dimanfaatkan oleh majikannya untuk mencari keuntungan harta. Akan tetapi kesabarannya dan do’anya selalu ia panjatkan kepada Allah agar ia diberi pertolongan. Dan ia yakin bahwa Allah akan datang menolongnya. Dalam suasana duka dan pedih penuh penderitaan yang diberikan majikannya ia sering mendapatkan bisikan: “ Jangan engkau bersedih karena kelak orang-orang yang dekat kepadaku akan cemburu melihatmu.[14]
Pada Suatu malam majikannya menyaksikan sendiri ketika Rabi’ah sholat malam, serta merta ada cahaya menerangi ruangannya .Melihat peristiwa itu Rabi’ah dipanggil oleh majikannya dan di merdekakan dari perbudakan dan jadilah ia bebas dan kembali kekampung halamannya di Basrah.
Di desanya ia hidup dalam kehidupan sufi dengan menolak kesenangan dunia. Ia mengisi kehidupannya dengan beribadah dan mendekatkan diri hanya kepada Allah.
Rabi’ah termasuk satu satunya tokoh sufi wanita dengan konsep Al-Mahabbah. Pengalaman kesufian diperoleh dari pengalaman sendiri bukan pemberian dari guru.  Diantara tokoh sufi yang sering bertukar fikiran dengannya adalah: Malik bin Dinar.(w 171H), Sufyan as-Syauri ( 97-161H), Syaqiq albakhi (w.194H/850M). Kehadirannya mempunyai tempat khusus dalam perkembangan tasawwuf. Ia mewarnai zuhud ( asketisisme) yang berbeda dari pendahulunya Hasan Al-Basri dalam bentuk Khauf. Ia lebih membawa warna baru dalam bentuk Al-hubb al-Ilahi.

a.     Konsep Mahabbah ‘Adawiyah.:
Rabi’ah adawiyah tidak meninggalkan ajaran sufi secara tertulis dari tangannya sendiri. Ajaranya dikenal melalui muridnya setelah ia meninggal.Ajaran mahabbah merupakan salah satu maqam penting dalam tasawwuf dan kemudian dikembangkan oleh Algazali dan Ibnu Arabi.
Unsur utama dalam Mahabbah adalah taat dan patuh kepada Allah secara ikhlas lahir dan bathin. Disamping hal tersebut ada unsure lain yang merupakan syarat untuk terjalinnya al-mahabbah kepada Allah, yaitu Ridha.Syawq dan Uns[15]
Ridha adalah perasaan menerima dengan puas dalam diri orang yang mencintai terhadap keinginan dan ketentuan yang dicintai.Rabi’ah mengatakan bahwa ukuran ridha adalah sama ketika menerima sesuatu yang menguntungkan atau merugikan dirinya.
Syawq adalah perasaan rindu kepada yang dicintai baik dinyatakan dalam lahir maupun dalam perasaan bathin. Orang yang mencintai selalu mendambakan pertemuan dengan yang dicintainya.Ia tidak pernah meratapkan kerinduan hingga bertemu dengan yang ia cintai.
Uns     adalah perasaan sangat dekat pada yang dicintai, sehingga tidak ada ruang untuk mengingat yang lain. Orang yang mencintai itu merasa dekat dengan yang dicintai.
b.    Rabi’ah adawiyah dan pengalaman pendidikan
Pada suatu malam rumah adawiyah dimasuki oleh para pencuri, Mereka beraksi ingin mencari harta dan barang berharga yang ada dirumah rabi’ah. Mereka tidak menemukan barang yang berharga kecuali sebuah teko (kendi) dari tanah.Dengan tangan hampa mereka pergi. Tetapi mereka dikejutkan oleh suara rabi’ah” wahai para tamuku, jangan kalian pergi tanpa membawa sesuatu.” Mendengar suara itu para pencuri itu merasa heran dan takut. Dengan tidak tahu malu mereka kembali mencari-cari barang barang.dan diantara mereka ada yang berkata:” dirumah ini tidak ada barang yang berharga kecuali kendi dari tanah’.Maka tak lama terdengar lagi suara” Bawalah kendi itu ketempat air, kemudian berwuduklah kalian, dan sholatlah dua rakaat. Dengan cara seperti itu , berarti kalian telah membawa sesuatu dari rumahku. Mendengar perkataan Rabi’ah itu hati mereka tersentuh. Lalu mengikuti perintah rabi’ah. Mereka berudu’ dan sholat dua rakaat. Ketika para pencuri itu sholat dua rakaat Rabi’ah berdo’a kepada Allah” Ya allah mereka ini telah memasuki rumahku dan tidak mendapatkan apa-apa.Sekarang aku telah menyuruh mereka berdiri di depan pintu-Mu, Jangan engkau mencegah mereka mendapatkan karunia dan ampunanmu. Dan ternyata mereka pencuri itu mengerjakan sholat sampai fajar dan seolah olah mereka menikmati ibadah mereka.suatu kenikmatan yang sangat menyenangkan hati. Kemudian mereka pergi meninggalkan rumah Rabi’ah dengan sesuatu hati  yang berbeda dari sebelumnya.
Ketika mereka sudah pergi Rabi’ah kembali berdoa.”Wahai tuhanku Mereka telah dating menemui pintumu , maka terimalah mereka. Sejak aku mengenal-Mu Aku tidak pernah berhenti untuk menemuiMu walaupun sesa’at. Terimalah do’aku”[16].
Jadi Al-Mahabbah berarti suatu ajaran tentang cinta atau kecintaan kepada Allah. Perasaan kecintaan seseorang kepada Allah tidak dapat dirasakan oleh orang lain kecuali hanya sipelakunya dan tidak dapat dirumuskan secara pasti. Dengan kata lain al-Hubb al-illahi menyangkut perasaan dan penghayatan subjektif pada diri setiap sufi.Oleh karena itulah tasawwuf Rabi’ah adawiyyah disebut sebagai Tasawwuf Falsafi, atau dikenal dengan Sufisme teoritikal atau spekulatif sufisme artinya kebenaran ilmiyahnya tidak bisa diukur ke absahannya dan hanya bisa dialami, diakui oleh penganutnya saja.[17]












III. Kesimpulan
Setelah menelaah beberapa uraian tentang tasauf dalam dunia umat Islam, maka sampailah penulis kepada beberapa kesimpulan
A.    Tasawwuf Falsafi disebut Sufisme Teoritikal atau Spekulatif Sufisme artinya kebenaran ilmiyahnya tidak bisa diukur ke absahannya dan hanya bisa dialami, diakui oleh penganutnya saja. Dan  tasawwuf yang berdasarkan pada pemaduan antara intiusi para sufi dengan cara pandang rasional mereka, serta menggunakan terma-terma filsafat dari berbagai macam sumber untuk mengungkapkan tasawwufnya
B.     Tasauf bukanlah bagian integral dari agama Islam dengan beberapa alasan:
1)      Tidak satupun kata sufi dan tasauf terdapat dalam nash Alquran dan sunnah rasul.
2)      Dalam tasauf islam dikenal istilah-istilah Syari’ah,Tarikat, Hakikat,Dan Ma’rifat menurut penafsiran para sufi yang sama sekali tidak dapat didapati dasarnya yang kukuh dalam alquran dan assunah
3)      Tasauf ( dengan istilah lain disebut mistik terdapat dalam berbagai agama)
4)      Sufi dan tasauf baru timbul dalam sejarah kebudayan islam pada abad ke tiga hijriyah, sedangkan Zuhud, “pertapaan” timbul pertama kali dalam masyarakat arab sejak akhir abad pertama hijriyah.
C.     Tasauf Islam ( dibedakan dari tasauf muslim atau tasauf orang islam) yang kita terima ialah dalam arti satu sistema interprestasi terhadap ajaran islam oleh kaum sufi
D.    Tasauf  Islam banyak terasa jasanya dalam memantapkan rasa tauhid, dalam mengkhususkan ibadah, memperhalus akhlak umat islam[18]



Daftar Pustaka
1.      A. Musthofa,Akhlak Tasauf,Bandung:Pustaka Setia,1997.
2.      Abd Mun’im Zandil, Rabi’ah Al-Adawiyah: ‘Adzrau al-Basrah al-batul diterjemahkan oleh M.Yusron Jakarta Citra Media 2008.
3.      Abdul Mu’in Al hanafi, almausu’ah al-sufiyyah,Kairo: darr-alirsyad,1992
4.      Abu al-a’la Afifi, fi al-tasawwuf al-Islamy wa tarikhuhu, Kairo, lajnah Al-ta’lif wa al-tarjamah al-Nasyr,1969.
5.      Abu Wafak Al-ganimi Al-Taftazani,Dar Tsaqafah li al-Thaba’ah wa Nasr,2002, terjemahan Subkhan Ansori,lc,Jakarta , Gaya Media  Pratama. 2008
6.      Endang Saifuddi Anshari, Wawasan Islam,Jakarta, Rajawali,1990, edisi ke dua. cetakan kedua
7.      Hamka,  Mengembalikan Tasawwuf kepangkalnya, Yogyakarta,Tanpa tahun
8.      Hamka,Tasauf Perkembangan dan pemurnianya,Jakarta:Pustaka Panjimas 1994,Cet XIX.
9.      Harun Nasution,Falsafah dan Mistis dalam Islam,Jakarta,Bulan Bintang,1995
10.  Harun Nasution,Tasauf (Kontektualisasi Doktrin islam dalam Sejarah,) Paramadina  Jakarta 1995:




[1] Harun Nasution, Filsafat dan mistis dalam islam,Jakarta Bulan Bintang,hal 58
[2] Abu Ala’ Afifi ,Pengantar Fittasawwuf Islam wa tankhihi”kairo 1947,hC
[3] Harun Nasution,Tasauf (Kontektualisasi Doktrin islam dalam Sejarah,)Paramadina Jakarta 1995:165
[4] Harun Nasution, Filsafat dan mistis dalam islam,Jakarta Bulan Bintang,hal 63
[5] Abu Wafak Al-ganimi Al-Taftazani,Dar Tsaqafah li al-Thaba’ah wa Nasr,2002, terjemahan Subkhan Ansori,lc,Jakarta , Gaya Media  Pratama. 2008. Hal 235.
[6]Abu al-a’la Afifi, fi al-tasawwuf al-Islamy wa tarikhuhu, Kairo, lajnah Al-ta’lif wa al-tarjamah al-Nasyr,1969.
[7] A. Mustafa,Akhlak Tasauf,Bandung,Pustaka Setia,1997,hal 222-223
[8] Abdul Qadir Mahmud,Al-falsafah al-shafiyah,(tt.Darul-Fikri al-arabi,1996)hal310
[9] Azymardi Azra,Persentasi Perkuliahan Pasca sarjana IAIN bukittinggi, tanggal  17 oktober 2015.
[10] Ahmadi Isa, Tokoh tokoh sufi,Tauladan kehidupan yang sholeh,(Jakarta,Raja Grafindo Persada,2000),cet I,hal 157.
[11] Harun Nasution.h 90
[12] Hamka,Tasauf perkembangan dan pemurnianya,( Jakarta,Pustaka Panji Mas,1994)cetakan XIX,h,108
[13] Abu Wafa’ Al-Ganimi (2002)hal..251
[14] Wahid Bakhsh Rabbani,Islamic Sufism,( Kuala Lumpur: as Noerdin,1992)h.322
[15] Harun Nasutioan.
[16]  Abd Mun’im Zandil, Rabi’ah Al-Adawiyah: ‘Adzrau al-Basrah al-batul diterjemahkan oleh M.Yusron Jakarta Citra Media 2008,hal 195
[17] Azymardi Azra,Persentasi Perkuliahan Pasca sarjana IAIN bukittinggi, tanggal  17 oktober 2015.
[18] Hamka ,Mengembalikan Tasawwuf kepangkalnya, Yogyakarta,Tanpa tahun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PASAMBAHAN MAKAN BUKITTINGGI

PIdato Pendek " Man Jadda Wajada "

Peradaban Islam Periode Rasulullah di Madinah (622 – 632 M)